Kalimantan Merupakan Sumber Bahan Bakar Yang Vital Bagi Jepang Pada Perang Dunia Kedua

Inilah sumber malapetaka besar bagi Jepang dan merupakan kemenangan besar Jenderal MacArthur yaitu dengan berhasil merebut Kalimantan – kemenangan tersebut dilakukan dengan invasi andalan menggunakan amfibi dan berhasil menguasai pelabuhan besar minyak Balikpapan di pantai timur – hal tersebut adalah kemenangan ganda.

Jenderal MacArthur sebagai Jenderal menangani sendiri, untuk menguasai dan mendominasi Kalimantan Sekutu telah membebaskan Hindia Belanda dan pada hakekatnya mereka telah menyelesaikan kendali taktis mereka atas Pasific barat daya.

Sumur-sumur minyak di Kalimantan menghasilkan minyak bumi dalam jumlah yang besar dan memiliki kemurnian yang baik sehingga dapat bermanfaat sekali bila digunakan sebagai bahan bakar, pelumasan, dan tenaga diesel tanpa harus dilakukan pemurnian terlebih dahulu. Penaklukan atas Kalimantan akan memberi kita pangkalan minyak sangat dibutuhkan tepat berada di jantung kekuatan dalam operasi untuk melawan Jepang. Sampai sekarang minyak kita masih harus diangkut baik dari pantai barat Amerika menyeberangi Pasifik, atau dari Teluk Persia dengan pengangkutan yang jauh dan lama melalui lautan India.

Selama perang dunia kedua, Kalimantan, menjadi sumber minyak utama bagi Jepang hingga tdiblokade oleh Sekutu sehingga jaringan komunikasi dengan Indonesia putus. Sejak saat itu Jepang sangat bergantung hanya dari cadangan minyak yang dimilikinya. Minyak bumi dari Kalimantan, Sumatera, dan Jawa untuk beberapa waktu ini telah menjadi seperti emas Midas bagi mereka yang tidak berharga.

Kami sangat menghargai Sekutu kami dari Australia atas perannya di Kalimantan. Divisi Ketujuh Australia yang naik ke darat di Balikpapan, seperti “Diggers” yang membuat pendaratan di Tarakan, di sebelah pantai timur laut Kalimantan, pada tanggal 1 Mei, dan di teluk Brunei, di sebelah pantai barat laut, pada tanggal 10 Juni.

Balikpapan sangat dipertahankan, tapi pemboman pra-invasi yang sangat intensif yang pernah ada di wilayah Pasifik barat daya mampu membuat perlawanan Jepang melunak, sehingga korban yang dialami Sekutu dilaporkan sangat sedikit. Australia telah mendaratkan pasukannya dengan armada kapal Sekutu dengan jumlah lebih dari 300 kapal yang berasal dari Amerika, Royal Australia (Angkatan Laut Australia), dan Royal Belanda (Angkatan Laut Belanda).

Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar di dunia selain Greenland dan New Guinea dan memiliki luas sekitar sepersepuluh luas daratan Australia. Posisinya sangat strategis terletak sebagai titik sentral dari sebuah kawasan antara wilayah Indo-Cina, Sumatra, dan Jawa, Sulawesi dan Filipina. Ini menjelaskan betapa pentingnya pernyataan MacArthur bahwa “pengiriman kita sekarang dapat berlayar dengan pangkalan udara yang mampu mengcover ke setiap titik di Pasifik barat daya.

The Gettysburg Times
Senin, 2 Juli 1945
ditulis dengan menggunakan WordPress

Indonesia Tidak Akan Bersatu, Karena Orang Manado dan Ambon Tidak Suka Soekarno

Perwakilan pemerintah Belanda yang hadir dalam penyerahan Jepang di Tokyo mengatakan kepada Associated Press pada tanggal 17 Desember 1945 bahwa kemerdekaan Indonesia akan menjadi ancaman terhadap perdamaian di wilayah Pasifik.

Hal itu diungkapkan oleh Laksamana Sir Conrad Helfrich, komandan pasukan bersenjata di Hindia Belanda dengan tanpa basa-basi dan blak-blakan mengatakan negara seperti itu tidak mungkin membela diri.

“Setiap orang yang berpikir Indonesia akan menjadi negara yang merdeka adalah salah,” kata Helfrich, “karena terdapat 137 suku dan kelompok masyarakat yang berbeda-beda di Kepulauan itu, sehingga mereka akan saling menyerang. Contohnya adalah sudah ada orang Manado dan Ambon yang tidak menyukai Soekarno, sedangkan kabupaten Batam di wilayah Jawa Barat menyatakan diri terlepas dari pemerintahan Soekarno.” “Menurut saya – nama Indonesia bukanlah apa-apa dan itu semua omong kosong.”

“Dalam tiga bulan terakhir di Jawa menjadi lebih manja apabila dibandingkan dengan tiga setengah tahun dibawah kekuasaan Jepang,” Laksamana menambahkan. “Penjarahan merupakan reaksi yang wajar, dan saya heran karena hanya ada sedikit yang melakukan penjarahan – mereka mengatakan hanya ada tujuh penangkapan yang terjadi di Bandung, dan bukan 700.”

“Sebagian besar rumah, mobil, industri, perusahaan, perkebunan, kapal, kereta api, dan kantor di Jawa merupakan milik Belanda dan dikelola oleh orang-orang Belanda.”

“Apa yang kami temukan setelah Jepang menyerah adalah orang-orang Belanda sebagai tawanan di kamp-kamp sementara orang-orang Indonesia tinggal di rumah besar dengan perabotan kami, mengemudikan mobil kami, menjalankan pekerjaan umum dengan mesin-mesin kami, dan industri dengan bahan kami.”

Laksamana sedikit pedas melanjutkan, “Jika setelah tiga bulan tanpa perbaikan orang Belanda melakukan penjarahan kecil, itu reaksi yang wajar dan dalam upaya untuk mendapatkan kembali yang dimilikinya dahulu. Orang-orang Indonesia, yang kita sebut pemberontak, masih tinggal di rumah-rumah jarahan yang sama. Jika orang Belanda menjadi gila itu karena kita tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan kembali hal-hal yang kita miliki. Ini karena orang Belanda yang biasany berjalan kaki, bersepeda, atau berkumpul diangkut dengan truk seperti hewan ternak, sementara itu orang Indonesia mengendarai mobil-mobil kami disekitarnya.”

The Spokesman Review

Selasa, 18 Desember 1945

ditulis dengan blog dari WordPress