Mencari Calon Imam Agar Jadi Halal

Oleh Rusmi Yati Efendi

Akhir-akhir ini aku sudah mulai bisa membiasakan diri untuk tidak mengejar ka PM lagi. Aku lebih bisa menunjukan bahwa aku baik-baik saja. Aku juga tak menghindar ketika bertemu dengannya. Karena memang sangat sulit untukku menjauhi nya karena kami bekerja dalam lingkup yang sama.

Saat aku menjauhinya, aku hanya tersenyum ketika Allah dengan sengaja mempertemukan kami ditempat-tempat tertentu. Allah mungkin sedang menguji keseriusan ku untuk tetap mengejar nya atau aku benar-benar telah menyerah.

Hal yang sebelumnya mungkin tak pernah terlintas dipikiranku adalah. Aku larut dalam kisah yang lain bersama lelaki lain. Bukan mantan kekasihku, bukan pula ka PM yang aku kejar-kejar.

15072015 awal perkenalanku dengannya.

Terakhir kali aku dinas sore sebelum cuti lebaran. Entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa ingin sekali berbincang dengan lelaki yang bekerja diapotik. Dengan gaya centil dan sok akrab aku menyapanya.

"Kaka nggak libur? Agama kaka apa?"
Ucapku sembari menyerahkan resep kepadanya.
"Ini terakhir jaga. Kaka islam de.."
Jawabnya dengan tersipu malu.
"Aku pikir kaka kristen. Habis masih jaga.Haaa…"
"Ade juga masih jaga."
"Biasa kejar modal buat lebaran.". Ucapku sembari tertawa lepas.

Cukup singkat, dan tak ada yang istimewa. Hanya saja aku pikir iya cukup menarik untuk dilewatkan. Senyuman nya penuh rahasia. Seolah ada yang iya rencanakan, tatapannya tajam membuat jantungku berdetak lebih kencang.

Usai pembicaraan singkat itu akupun menyelesaikan pekerjaanku di UGD. Pukul 21.00 wib malam aku baru pulang kerumah, hal ini biasa terjadi karena aplusan dinas sif selanjutnya terlambat datang.

Sesampainya dirumah seperti biasa aku meletakkan semua barangku diatas meja, kemudian melepaskan atribut dinas kecuali pakaian dan celana. Aku langsung mengambil pakaian ganti untuk mandi. Karena aku agak risih jika tidak membersihkan tubuhku. Sekalipun diruang berAC tetap saja keringat muncul ketika sudah nengantar pasien. Aku merasa seperti ada yang lengket di kulitku jika tidak mandi. Bukan hanya karena aku bekerja sebagai tenaga kesehatan hanya saja aku tak ingin menularkan kuman sampai kerumah.

Usai mandi, aku merelaksasi kan tubuh diatas pembaringan. Sembari mengingat kejadian tadi sore aku teringat akan sosok lelaki yang sempat membuatku tertarik. Terpikir ide untuk mencari tahu sosok seperti apa dirinya.

Awalnya aku hanya berniat mengucapkan selamat Hari raya idul fitri. Entah kenapa tiba-tiba saja pesan singkat itu berlanjut. Saling menyapa setiap hari, menayakan kabar dan status hubungan.

Aku tahu, kami berdua adalah orang yang sama-sama gagal mempertahankan hubungan. Aku masih belum tahu pasti seperti apa kejelasan hubungan antara dia dan kekasihnya. Yang iya katakan dia sudah lama tak mendengar kabar dan bertemu dengan kekasihnya, selama delapan bulan ini iya masih tidak bisa melupakan sang kekasih yang selama lima tahun telah mendampinginya.

Aku tahu tak mudah untuk melupakan seseorang yang teramat kita cintai. Aku saja harus mencoba berkali-kali gagal dan kembali kepada kekasihku. Aku pikir Rz adalah jodoh terakhirku. Aku terus bertahan mencoba untuk tetap memaafkan dan menerima dia dengan semua hal yang iya lakukan. Meski terluka aku terus menggenggam tangannya, berharap iya segera berubah dan kembali mencintaiku seperti pertama kali bertemu. Namun, aku sadar pada akhirnya aku harus mengakui kalau kalah. Aku tak bisa, aku benar-benar menyerah sekalipun disudut hatiku paling dalam masih tersimpan namanya. Aku memutuskan untuk pergi dari kehidupannya. Setidaknya dengan begitu aku tahu bahwa tanpa aku pun iya masih bisa menjalani kehidupannya.

Tapi sudah lah aku harus melanjutkan kehidupanku. Mungkin agak terlambat tapi tak apa aku berusaha kembali jatuh cinta. Awalnya aku menyukai sosok ka PM, tapi dia terlalu cool dan membuatku mundur secara perlahan. Kemudian tanpa disadari aku berpaling kepada ka RM. Mungkin karena iya lebih meresponku.

Ka PM bekerja ditempat yang sama denganku. Dengan profesi yang berbeda. Iya lelaki yang sudah mapan secara materi, dewasa secara umur, dan cukup pemalu untuk ukuran lelaki. Iya jarang berinterkasi dengan orang lain, iya hanya keluar dari ruangan jika merokok. Iya lebih suka menghabiskan waktu dengan menyendiri, bukan karena malas bersosialisasi iya hanya tak ingin bergosip hal yang tidak penting. Iya akan berbicara seperlunya dan bersikap sewajarnya dengan lawas jenis. Terlalu kaku? Tentu tidak, iya lelaki yang sudah berpengalaman dalam hal asmara, tapi jangan salah lelaki seperti dia sangatlah setia.

Silahkan ikuti di g+ atas mana pengarangnya

Tinggalkan komentar